Rabu, 04 Januari 2012

Cinta Dalam Balutan Ikhlasn (Bag. 3)


                “Maaf ka, tadi kaka bilang islam mempunyai adab atau aturan tentang cara bergaul antara laki-laki dan perempuan. Seperti tidak boleh berdua-duaan dengan laki-laki atau perempuan yang bukan mahram tanpa ditemani mahromnya, kalau seperti itu terus gimana pacarannya? Masa pacaran ajak warga satu RT?” Tanya seorang siswa laki-laki saat sesi tanya-jawab kajian Rohis dengan tema “Adab Pergaulan Pria dan Wanita dalam Islam”. Aisyah dan hafiz serta seluruh siswa-siswi tertawa saat mendengar pertanyaan tersebut, dan kelas pun menjadi riuh dan gaduh .
                “Agus, agus di fikiranmu perempuan mulu sih..hahaha!” celetuk seorang siswa dari barisan palingan belakang.
                “Hahaha, tau nih si Agus playboy cap kangkung.” Timpal seorang siswi di bangku paling depan.
                “kenapa kangkung fir? Cap lidi aja sekalian. Hehe..” Siswi dengan bros mawar ikut bicara
                “Kalau playboy sih pacarnya banyak, nah kalo si Agus? Sering godain cewek tapi satupun pacar gak punya.. Playboy maksa sih.. hahaha.” Seorang siswa berkacamata pun ikut angkat bicara dan seisi kelas pun menjadi riuh dengan tawa geli siswa-siswi yang sedari tadi hanya diam.
                “Eh, aku ini nggak punya pacar bukan karena aku nggak laku atau nggak ada yang mau. Aku deketin cewek-cewek juga bukan karena aku lagi cari pacar, aku cuma mau tau aja tipe-tipe cewek biar aku nggak salah pilih. Kalau aku mau, aku bisa pacarin temen-temen cewek di kelas tapi aku nya aja yang  nggak mau, aku maunya yang kaya ka Aisyah yang cantik dan sholehah.” Dan kelaspun menjadi riuh kembali dari sorak-sorak siswa-siswi yang tidak setuju dengan jawaban siswa yang bernama agus itu.
                “ Hahaha, Agus-Agus gaya kau pera kali.” Balas seorang siswa dengan logat batak dan riuh tawa pun kembali meramaikan seisi ruangan.
                “Sudah, sudah. Baru saja kita kita membahas tentang Hadits keutamaan berbicara yang baik atau diam tapi kenapa adik-adik bicaranya sudah tidak teratur ya? Hayoo?.” Hafiz pun angkat bicara untuk mengakhiri pertanyaan karena akhirnya dapat menimbulkan ucapan yang kurang baik dan menjadi ejekan, sedangkan seluruh siswa dan siswi yang diperingatkan hanya dapat menundukkan kepala dan tersenyum malu.
                “Kembali kepada pertanyaan dari dik Agus, Bagaimana kita pacaran jika berduaan dengan lawan jenis yang bukan muhrim saja kita dilarang? Masa saat pacaran harus mengajak warga satu RT? Kira-kira seperti itu ya? Jadi begini adik-adik sekalian, kaka ini sebenarnya bingung ya dengan kata “Pacaran”, arti sebenarnya itu apa? Di dalam Al-qur’an tidak ada satu ayat pun yang menjelaskan pengertian ataupun hakekat tentang pacaran. Nah yang kaka ingin tanyakan sebelum kaka menjawab pertanyaan dari dik Agus, apa sih yang biasanya atau umumnya dilakukan oleh orang yang menjalin hubungan yang mereka namakan pacaran?.” Hafiz pun membuka pembicaraan kembali.
                “ Sejauh pengalaman dan sepengetahuan saya ka, ya kalau pacaran itu ketemu berdua entah si cowok jemput di rumah ceweknya atau ketemu diluar lalu mereka jalan bareng, makan, ngobrol-ngobrol dan anterin pacarnya pulang deh ka, udah itu aja.” Jawab seorang siswa di barisan kedua.
                “Baik, lantas apa faedah atau manfaat yang kalian dapat dari pacaran?.”Tanya Hafiz kemudian
                “ Banyak ka, bisa menambah semangat belajar, apalagi kalau pacarnya pinter kan malu sama si doi kalau nilai kita hancur. Terus buat perempuan bisa sering2 makan gratis, punya banyak barang yang bagus dan lucu-lucu tanpa harus keluar uang. Ya seperti boneka, dompet, tas, baju dan lain-lain deh ka. Apalagi kalau pacarnya udah ganteng, pinter, atlit sekolah kan jadi bangga dan makin semangat sekolah. Itu menurut  fira ka. Hehehe..” Jawab seorang siswi di barisan paling depan.
                “Huhh dasar fira, itu sih namanya cewek matre kasihan cowoknya kalau kaya gitu mah.” Balas Agus
                “ Yang namannya laki-laki itu harus punya modal gus kalau mau punya pacar. Emangnya kaya kamu yang bisanya Cuma ngerayu, emang bisa kenyang sama rayuan? Kalau nggak punya uang ya nggak usah punya pacar, kaya kamu gus. Hehehe..” Balas Fira tak mau kalah.
                “Sudah adik-adik. Nah sekarang dengarkan penjelasan dari Ka Hafiz saja.” Lerai Aisyah kemudian.
                “ Wah Jawaban yang luar biasa, sepertinya adik-adik sudah sangat pengalaman sekali ya. Nah seperti yang tadi telah dikatakan sahabat kita bahwa aktifitas yang biasa dilakukan saat pacaran adalah jalan bareng, makan, mengobrol dan lain sebagainya. Tapi marilah sedikit kita kroscek apa pada saat dua insan yang sedang di mabuk asmara itu bersama tidak ada keinginan untuk melakukan hal yang lain? Ya contoh ringannya, saling berpandangan, pegangan tangan dan seterusnya lah.  Mungkin awalnya kita masih dapat menghindari hal-hal tersebut akan tetapi siapa yang tau nanti? Apakah mereka mampu menjaga syahwat? Sedangkan hanya orang-orang yang beriman yang mampu menjaga syahwatnya. Dan tentunya orang yang beriman pasti akan melakukan hal-hal yang di senangi oleh Allah bukan hal yang dimurkaiNya, orang-orang yang beriman akan senantiasa menjaga pandangannya (gadhul basyhar) karena ia tahu mana yang halal baginya untuk dipandang dan mana yang haram, orang-orang yang beriman tidak akan menyentuh orang yang bukan mahromnya.
Seperti dalam QS. An-Nur ayat 30 (Lalu Hafiz membacakan Surat tersebut dengan suara yang begitu fasih dan indah), yang artinya adalah:
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman:  Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”
Kira-kira seperti itu, dari ayat tersebut diketahui bahwa memandang yang bukan mukhrim saja haram hukumnya apalagi berdua-duan dan menyentuh lawan jenis yang bukan mukhrim? Sedangkan saat kita bertemu kekasih, kita tidak mungkin mengajak warga satu RT atau satu kelurahan kan? Seperti yang dik Agus bilang tadi. Maka dari itu dalam islam tidak ada yang dinamakan pacaran. “
                “ Wah kalau seperti itu islam memberatkan dong ka? Sedangkan cinta itu adalah hal yang fitrah di rasakan oleh manusia? Untuk bersama orang yang dicintainya saja tidak boleh.” Sela seorang siswa yang memakai kacamata.
                “Cinta adalah rasa yang fitrah dari Allah. Adam dan Hawa pun Allah ciptakan dengan rasa cinta. Akan tetapi apakah cinta yang pada dasarnya suci harus di aplikasikan dalam suatu hubungan yang lebih menuhankan nafsu dan mengatasnamakan cinta? Yang pasti sudah adik-adik ketahui bahwa setan tak akan pernah berhenti mengajak manusia dalam keburukan dan mengikuti nafsunya. Sesungguhnya aturan yang dibuat Allah dalam al-Qur’an semata-mata untuk menjaga kehormatan manusia bukan untuk memberatkannya. Contoh, ayat yang memerintahkan wanita untuk menutup aurat dalam QS. Al-Ahzab ayat 56, (Hafiz pun kembalikan melantukan ayat tersebut dengan suara yang begitu merdu). Yang artinya:
                Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang-orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal dan oleh karenanya mereka tidak diganggu. Dan ALLOH SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

“Seringkali kita beranggapan bahwa seruan untuk menutup aurat adalah suatu hal yang memberatkan misalnya membatasi ruang gerak wanita, tidak nyaman karena panas, sulit untuk mendapatkan pekerjaan dan alasan lainnya. Sesungguhnya Allah membuat aturan itu karena allah menyayangi wanita, Islam adalah agama yang sangat menjaga kehormatan wanita, tentunya dengan aturan-aturan Allah yang sangat indah. Seorang yang menutup auratnya dapat melindungi diri dari pandangan liar laki-laki yang nakal sedangkan perempuan yang tidak menutup auratnya, membiarkan laki-laki bebas melihat lekuk tubuhnya secara tidak langsung. Seperti dapat kita lihat di media massa banyak terjadi tindak  kriminal seperti perkosaan, sesungguhnya itu semua tidak mutlak menjadi kesalahan laki-laki. Tidak ada ada yang terbakar jika tidak ada api yang menjadi penyebabnya, begitu pula dengan kasus pemerkosaan yang kian hari kian marak pemberitaannya di televisi maupun media massa lainnya. Seorang pemerkosa tidak mungkin memperkosa korbannya jika si korban tidak memancingnya.  Seperti kata Bang Napi ‘Kejahatan terjadi karena ada niat dan kesempatan.’
Bagaimana adik-adik? Sudah jelaskan bahwa Allah membuat suatu aturan atau hukum karena untuk menjaga kehormatan manusia itu sendiri. Jadi jangan menyalahkan aturan yang Allah tetapkan dengan berbagai alasan. Islam menjaga kehormatan manusia akan tetapi manusia itu sendiri yang menghinakan dirinya. Selanjutnya manfaat dari pacaran menurut pendapat dik fira, untuk mambah semangat belajar, dan keuntungan material lainnya. Orang yang mencintai seseorang biasanya kan lupa dengan aib orang yang dicintainya dan melihat seolah-olah pasangannya itu sempurna tanpa cacat dan cela. Tapi bagaimana saat mereka putus cinta? Mereka merasa seolah-olah dunia itu runtuh, tak ada semangat lagi untuk menjalani hidup, makan tak enak tidur pun tak nyenyak? Berarti merugi sekali ya orang sedang putus cinta sampai seperti itu. Selanjutnya apakah si dia akan benar-benar  dapat menambah semangat belajar kita? Atau justru mengurangi waktu belajar kita? Karena dari apa yang kakak liat kebanyakan orang pacaran lebih senang memegang hp entah ber-sms ria ataupun menelpon pacarnya dari pada belajar, bukankah itu menyita waktu belajar? Dan kerugian lainnya adalah akan sering berbohong, contoh seorang siswi yang belum di izinkan orang tuanya untuk pacaran akan tega membohongi orang tuanya agar bisa keluar rumah pada malam minggu dengan alasan belajar kelompok, les tambahan dan kebohongan lainnya demi menemui kekasihnya. Memang sangat miris melihat kenyataan yang ada khususnya kasus ini lebih marak terjadi pada kaum remaja, kita lebih mngutamakan orang yang baru kita kenal dari pada orang tua yang telah membesarkan kita dengan penuh cinta dan ketulusan tanpa berharap balas. Jadi adik-adik sekalian sudah dapat menyimpulkan apakah pacaran itu dibolehkan atau tidak dan lebih banyak manfaat atau mudharatnya?. Karena kalau menurut kaka, pacaran itu tidak tidak dibenarkan karena prakteknya yang menyalahi aturan dalam islam. Tapi kaka yakin, InsyaAllah adik-adik kakak disini semuanya termasuk golongan orang-orang  yang beriman, amin.”
                “Amin Ya Rabbal ‘Alamin..” jawab seluruh siswa-siswi serta Aisyah.
                “Selanjutnya ada yang ingin bertanya lagi?” tanya Aisyah memecah keheningan
                “Saya ka.” Seseorang siswi dengan jilbab rapi mengangkat tangannya.
                “Baik, silahkan dik.”
                “Assalamu’alaikum. Nama saya fitri, seperti penjelasan yang telah di sampaikan oleh Ka Hafiz bahwa dalam islam tidak ada yang namanya pacaran. Lantas bagaimana kita mengenal lawan jenis untuk menuju pernikahan? Tapi kali ini aku ingin Ka aisyah yang menjawab, terimakasih.”
                “Wa’alaikumsalam Wr. Wb. Subhanallah pertanyaan dari dik Fitri bagus sekali ya. Kalau dik Fitri ingin kakak yang menjawab, kakak akan jawab semampu kakak tapi mohon maaf jika adik-adik sekalian tidak puas dengan jawaban yang kakak sampaikan. Memang dalam islam tidak ada yang dinamakan pacaran, tapi bukan berarti kita tidak dibolehkan mengenal sifat atau tabiat orang yang kelak akan menjadi suami kita, bahkan kita diharuskan mengetahuinya agar kita dapat menentukan apakah dia sejalan dan satu fikiran dengan kita atau tidak? Teruma dalam hal akidah. Karena jika tidak mengetahui bagaimana tabiat seseorang yang kelak akan menjadi pasangan hidup dikhawatirkan akan terjadi banyak perbedaan yang mengakibatkan pertengkaran-pertengkaran saat berumah tangga. Oleh karena itu pengenalan tersebut dinamakan Ta’aruf. Akan  tetapi Ta’aruf itu sangat berbeda dengan pacaran.                  Contoh, jika dalam pacaran biasanya pasangan muda-mudi ini menghabiskan waktu berdua tetapi tidak untuk ta’aruf, pasangan yang sedang berta’aruf dalam artian untuk mengenali pasangan di perbolehkan bertemu akan tetapi wajib bin harus ditemani mahromnya. Seseorang yang sedang berta’aruf dapat bertanya tentang pribadi pasangan ta’arufnya kepada guru spiritual, sahabatnya ataupun orang-orang yang dipercayai dapat dipercaya dan berkata jujur. Akan tetapi adik-adik juga tidak perlu khawatir, karena janji allah dalam QS. An-Nur : 26 (Aisyah pun melantunkan sebuah ayat dengan suara yang begitu indah)
                “Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih d apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga).”
Jadi, adik-adik tidak perlu khawatir tidak dapat menikah dengan laki-laki maupun perempuan yang baik hanya karena tidak pacaran karena Allah pasti mempertemukan dengan cara yang indah sesuai janji Allah. Adik-adik percaya dengan janji allah kan?”
                “Percaya kak…” Jawab seluruh siswa-siswi serempak.
Dan akhirnya kajian singkat tersebut ditutup dengan hamdallah dan do’a Kafaratul Majelis.
                                                                #             #             #             #

                “Kamu mau langsung pulang dik?” Tanya Hafiz pada aisyah saat mereka tengah berjalan menuju tempat parkir.
                “oh nggak ka, InsyaAllah setelah ini Aisyah akan mengajar private murid Aisyah.”
                “Oh begitu ya, jadi kamu ini juga mengajar private toh. Subhanallah. Hebat kamu dik.”
                “Ndak kok Ka, Aisyah malah merasa belum pandai memanfaatkan waktu untuk beramal. Lagipula Aisyah hanya mengajar private anak-anak SD atau SMP saja.”
                “SD atau SMP nya itu ndak penting dik, yang terpenting lillahi ta’ala dan ikhlas. Saya sebenarnya juga ingin mengajar dik, tapi saya harus mengelola toko milik keluarga karkena hanya saya anak yang paling besar sedangkan kesehatan bapak kian hari kian menurun.” Seketika mata hafiz menerawang jauh dan berkaca-kaca.
                “Pekerjaan yang Ka Hafiz lakukan juga luar biasa hebat. Berbakti kepada orang tua adalah hal yang paling mulia ka, dapat menjadi anak yang sholeh. Subhanallah berkah sekali ka.”
                “Aamiin, ya semoga saja kita semua sama-sama ikhlas dan niatnya karena Allah dalam melakukan segala hal. Karena sesukar apapun jika diniatkan karena Allah, pasti akan terasa mudah dan menyenangkan.” Aisyah pun tersenyum mendengar penuturan Hafiz, sanyum yang membuat hati Hafiz berdesir dan berucap istighfar.

Aisyah dan hafiz pun telah sampai ditempat parkir dan tiba-tiba Aisyah merasa kepalanya amat berat dan pening. Hafiz pun segera membantu Aisyah dengan wajah panic.
                “Kamu sakit dik? Biar saya antar pulang ya, nanti biar saya minta salah seorang siswa untuk membawa motor kamu.”
                “Ndak usah ka, Aisyah Ndak apa-apa kok. Aisyah memang sering pusing seperti ini jadi Aisyah sudah ndak kaget lagi. Bisa tolong minta air mineral ka? Aisyah haus sekali.” Aisyah berusaha menutupi hidungnya yang mengeluarkan darah dengan tangannya.
                “Iya dik tentu, kamu tunggu disini sebentar ya.” Hafiz pun berlari menuju kantin di sekolah tersebut.
                “Ya Allah, apa sebenarnya penyakit hamba? Mengapa sudah beberapa bulan ini rasa sakit kepalaku semakin menjadi? Dan kali ini pun hidungku mwengeluarkan darah. Ada apa ini Ya Rabb? Lindungilah hamba Ya Rabb.” Aisyah hanya dapat membantin walaupun hatinya diliputti dengan ketakutan yang teramat sangat.
                                                                                #             #             #             #
                “Alhamdulillah Rani tambah pintar. Benar kan kata kakak, kalau matematika itu mudah dan Rani pasti bisa.” Aisyah pun mencubit halus pipi Rani, slah seorang muridnya.
                “Iya ka, ini semua juga karena Ka Aisyah dan Mama.” Ujar Rani riang.
                “Iya Rani benar, Ini semua karena usaha Rani dan do’a dari Mama. Tapi bukan karena Ka Aisyah.”
                “Ini juga karena Ka Aisyah kok, Ka Aisyah menyenangkan,sabar dan baik saat mengajarkan Rani jadi Rani mudah untuk mengerti dan menangkap pelajaran yang nggak Rani mengerti kak. Buktinya dalam pelajaran ini hampir seluruh siswa dikelas Rani tidak ada yang mendapatkan nilai 8 kecuali Rani karena guru yang mengajar galak sekali ka, matanya selalu melotot-melotot kalau bicara. Wajahnya juga galak sekali ka, jadi gimana mau mengerti kalau yang ada hanya rasa takut sama guru itu.” Rani mencontohkan wajah gurunya dengan mimik muka yang dibuat seram akan tetapi lebih pantas dikatakan lucu dan menggelikan.
                “Rani, Rani…. Kamu ini ada-ada saja. Nggak ada gurunya saja kamu berani bicara seperti itu, nanti kualat loh.” Seorang wanita muda menuju ruang belajar dengan 3 buah ice cream.
                “Ah Mamah, jangan ngeledekin dede terus dong..” Rani pun berhambur kepelukan mamanya
                “Iya iya sayang maaf. Oya Aisyah bagaimana dengan kesehatan kamu? Kamu sudah melakukan general check up yang saya anjurkan kemarin kan?.” Tanya mamah Rani yang juga merupakan dokter pribadi Aisyah.
                “Maaf dok, Aisyah belum sempat ke rumah sakit dok.”
                “Loh kenapa Syah? Bukannya saya sudah memberi surat rujukan? Kalau masalah biaya kamu tidak perlu khawatir, karena kamu saya rujuk ke Rumah Sakit tempat saya berkerja jadi saya yang akan mengurus semuanya. Tapi mungkin yang menanganimu bukan saya, karena saya sedang ada dinas di Rumah Sakit lain. Dan saya juga sudah mengatakan kepada pihak Rumah Sakit agar dokter/suster yang melayani kamu saat melakukan pemeriksaan adalah wanita.”
                “Terima kasih sekali dok, Maaf Aisyah jadi merepotkan dokter. Hanya saja saya belum mempunyai waktu luang untuk ke Rumah Sakit dok.”
                “Aisyah, Aisyah.. aktf di berbagai kegiatan kampus ataupun berkerja itu boleh-boleh saja, hanya kamu harus tetap menomor satukan kesehatan kamu. Sekarang saya minta kamu jawab dengan jujur, apa sakit di kepala kamu semakin menjadi? Apa ada keluhan lain?”
                “Iya dok, sakit kepala ini bukan hanya semakin menjadi tetapi juga semakin sering terjadi bahkan Aisyah sering merasa mual dan kejadian terparah adalah hari ini, hidung Aisyah mengeluarkan darah.” Jawab Aisyah akhirnya karena ia tidak dapat lagi berbohong.
                “Ya Allah Aisyah sudah sejauh ini kamu belum juga memeriksakan kesehatan kamu? Ya sudah ba’da Ashar nanti kita sama-sama ke Rumah Sakit kebetulan hari ini saya sedang libur. Kali ini kamu tidak boleh menolak. Aisyah, kamu adalah guru terbaik anak saya, karena kamu Rani bisa kembali ceria dan melupakan trauma atas kepergian papanya dan kamu juga sudah saya anggap seperti adik saya sendiri. Saya harap kamu tidak akan menolak permintaan saya kali ini.”
                “Baik dok, kalau itu membuat Dokter senang akan Aisyah lakukan. Hanya terimakasih yang dapat Aisyah ucapkan atas semua kebaikan dokter.”
                “Terima kasih ya Aisyah.” Dokter Mila dan Aisyah pun tersenyum.
                                                                                #             #             #             #

Selesai sudah general check up yang Aisyah lakukan, waktu menunjukkan pukul delapan malam.
                “ Bagaimana Aisyah? Mudah kan pemeriksaannya? Kamu saja yang enggan untuk melakukannya. Kamu tidak menyepelekan kesehatan ya Syah, karena kesehatan itu adalah rezeki yang begitu besar dari Allah karena tiada nominal yang membelinya.” Dokter Farah, dokter yang menangani Aisyah dan juga merupakan rekan dokter Mila.
                “Iya dok, Terimakasih banyak  Dokter Mila dan Dokter Farah sudah banyak membantu Aisyah.”
                “Iya Syah sama-sama. Yang terpenting kita hanya tinggal menunggu hasilnya sekitar satu minggu lagi kan Far?” ucap Dokter Mila.
                “Iya Mil, yang terpenting kamu pastikan pasien kita yang satu ini akan datang tepat waktu saat hasil check up nya selesai.”
                “Iya Far, kamu tenang saja. Kamu tidak boleh enggan ke Rumah Sakit lagi ya Aisyah?” Lirik Dokter Mila dengan tatapan menggoda. Sedangkan aisyah hanya dapat mengangguk dan tersenyum malu, walaupun dalam hatinya ia kembali merasakan ketakutan yang begitu besar.

1 komentar:

  1. alangkah baik'a tulisan tersebut di daftarkan ke Haki dlu sebelum di fublis.........

    BalasHapus