Kamis, 16 Februari 2012

SAJAK-SAJAK KEHIDUPAN

   PUTIH-BIRU dan ABU pun MENANGIS
       (sajak untuk pelajar sex bebas)


Jika TUHAN berikan sepasang mata, mungkin mata kami tlah sembab
Jika TUHAN izikan bersua, mungkin kami telah berteriak
Jika TUHAN titipkan sepasang kaki, mungkin kami tlah berlari
Tapi kami hanya selembar kain
Kami menjadi saksi bisu perbuatan nistamu
Kami tatap kehinaanmu layak binatang..
Kami tersakiti saat kau diamuk sejuta emosi
Kau yang kotori kami dengan sebercak darah
Kau jadikan kami pembungkus AIB mu, pembungkus ZINAmu
Tidakkah kau malu pada TUHANmu?
Tidakkah kau merasa bagai binatang yang tak beradab?
Tidakkah kau ingat akan azabNya kelak?
Mengapa kau begitu menghinakan dirimu?
Bakarlah kami, robeklah kami atau buanglah kami….
Sungguh kami tak ingin di nodai lagi..


   
 AYAH.. IBU.. BIARKAN AKU MELIHAT MENTARI.
                   (sajak anak-anak aborsi)


Ayah, Ibu .. Mataku terpejam dan masih terpejam.
Ayah, lindungi aku dengan sahajamu..
Ibu, dekap aku dalam lembut jemarimu..
Ayah.. Ibu.. Mengapa tak kalian lakukan pintaku?
Ayah.. Ibu.. Katakan apa salahku?
Ayah.. Ibu.. Apa kalian enggan dengar tangisku?
Saat pertama ku tatap kalian?
Ayah.. Ibu.. Maafkan jika aku salah..
Walau aku tak pernah mengerti apa kesalahanku?
Ayah.. Ibu.. Mengapa kalian tega hentikan denyut nadiku?
Ayah.. Ibu.. Dimanakah Iba kalian saat jantungku berhenti berdegup..
Ayah.. Ibu.. Aku ingin melihat mentari..
Dosakah keberadaanku?
Mengapa aku pula yang harus menanggungnya?
Ayah.. Ibu..  Aku hanya ingin melihat mentari bersama kalian…



AYAH, IBU HARUSKAH AKAU TEMUI KALIAN SECEPAT INI?
(sajak anak-anak penderita HIV Aids)


Ayah, Ibu.. Mengapa tubhku sakit?
Sedangkan makanan sehat dan vitamin teratur ku makan.
Ayah, Ibu.. Mengapa tubuhku lemah?
Sedangkan setiap subuh ku ajari kakiku untuk berlari
Ayah, Ibu.. Mengapa mereka menangis melihatku?
Bukankah aku yang seharusnya menangis?
Karena  aku tak dapat lagi melihat kalian?
Ayah, ibu.. Apa ini dosaku? Ataukah dosa kalian?
Ayah, ibu.. Aku takut, walau aku rindu kalian..
Ayah, ibu.. Haruskah ku temui kalian secepat ini?
Tak apalah, jika harus begitu, aku pun rindu belaian kalian..
Ayah. Dimanakah kita dapat berkumpul kelak?
Surgakah? Atau Neraka?


       *Catatan terakhir sang mahasiswa*
                (Demonstrasi berdarah)
 
Riuh gemuruh semangat jiwa meramaikan pusat kota...
Meelu-elukan hak tiap raga yang terlupa..
Terkikis sudah terik mentari.
Bergelora penuh asa dalam satu tujuan...
Keadilan..!!!
Keadilan...!!!
Teriakan semakin tumpah riuh di pelataran ibu kota..
Teriakan ironis menyayat hati, besi panas menerobos selembar kulit tipisnya.
Jatuh dalam pilu yang tak terbayar.
Sang mahasiswa dalam pesakitan jiwa dan raga..
Darah segar mengucur dengan derasnya..
Sang mahasiswa tergeletak tanpa gerak, tersenyum sendu menghadap Tuhan..
 *Sajak pesan untuk para petinggi negri.*

Tikus-tikus kecil berlari dengan riangnya...
Bergerak lincah dalam ruang terbatas...
Menggerogoti tiap sudut yang bersilau...
Berlindung dalam satu kuasa ketidakadilan...
Akankah bumi pertiwi terus berduka...
Dalam tindak serakah para tikus2 negara?
Akhh...
Indonesia kau sungguh pilu...
Dengarlah jerit para pesakitan sejenak....
Dan hentikan durhakamu...
Tuhan kan punya balasan...
Ingatlah hidup hanya titian..


                *Sajak Duka Kala Senja* 
Deru klakson membahana membelah kesunyian sore...
Bising syair para pengamen jalan meramaikan sudut kota...
Pucat pasi wajah lelaki tua...
Menengadahkan separuh harga diri untuk sesuap nasi...
Bumi tetap bisu menjadi saksi kebinatangan sang makhluk sempurna...
Tak ubahnya langit pun menatap pilu penuh kehampaan...

 
*Sajak Petani Tua Tanpa Pesan.*
Peluh pagi anak sang mentari.
Mengikis waktu dlm tawa ringkih.
Panas menyengat tubuh yg legam.
Tangan menjadi satu tumpuan..
Petani tua tetap diam dalam lelah.
Menatap nanar nasib dalam tindas kekuasaan.
Petani tua tetap diam tanpa daya dan berkerja tanpa asa.