Kamis, 12 November 2015

SEUNTAI NASIHAT DARI SI PEMBELAJAR

Pernikahan, sebuah kata yang akan membuat hati si lajang berdesir ketika mendengarnya. Rumah tangga yang bahagia, anak yang lucu, dan segala pernak pernik keindahannya. Jarang sekali, orang yang belum menikah membayangkan bahwa pernikahan tidak selalu semanis madu atau seindah pelangi. Sudah menjadi qodarullah bahwa setiap manusia senang mengangan-angani sesuatu yang indah.

Setiap manusia mendambakan pernikahan dalam hidupnya, berbagai kasus kekerasan dalam rumah tangga, kegagalan demi kegagalan ketika mengarungi bahtera kehidupan bersama dari pengalaman orang lain tidak membuat seseorang enggan untuk menikah, mungkin iya bagi segelintir orang.
Seorang pilot yang membayangkan akan mati karena kecelakaan pesawat tentu akan enggan menjadi pilot. Atau seorang pelaut yang memikirkan bahwa ia akan mati karena kapalnya karam di tengah lautan mungkin sejak jauh-jauh hari sudah mengurungkan niatnya untuk menjelajahi samudera.

Sejak ijab qobul terucap, kita harus siap menerima sepaket kekurangan dan kelebihan pasangan. Bersyukur jika tidak terlalu banyak sifat atau kebiasaannya yang tidak kita sukai, atau minimal kita sudah biasa dengan sifat tersebut karena sering dilakukan orang-orang sekitar. Tapi bagaimana jika hal-hal yang tidak kita dari pasangan cenderung lebih banyak? Dan sulit sekali bertoleransi.

Bersabarlah, bukankah teratai itu tumbuh di atas rawa-rawa yang kelihatannya menjijikkan?. Atau lihatlah kaktus berduri yang bentuknya sesederhana itu tapi tetap terlihat manis ketika ada bunganya!.
Ya, lihatlah pada kelebihan pasangan. Berfokuslah disana. Bukan tertuju pada kekurangannya tapi hargai kelebihan-kelebihannya. Karena Allah telah jauh-jauh hari bahkan 50.000 tahun lalu menuliskan bahwa ia yang akan menjadi jodoh kita. Karena Allah memasangkan kita dengannya bukan karena saling sempurna, tapi untuk saling melengkapi satu sama lain.

Oleh karenanya tuntutlah diri kita, paksa, untuk selalu memahami laki-laki/perempuan yang kini telah menjadi pasangan hidup kita. Meski bicara tidak semudah membalikan telapak tangan tapi siapa yang mau berusaha insya Allah akan bisa.


Maafkanlah segala kekurangan dan kekhilafannya, karena tidak ada manusia yang sempurna seperti pula suami/istri kita. Sehingga kita tidak perlu membiarkan setan berlama-lama tertawa. Salinglah tutupi aibnya karena kalian satu sama lain adalah pakaian.