Selasa, 22 November 2011

Cerita Bersambung.


Cinta dalam balutan ikhlas…..

Bagian 1.
 “Tut..tut.. Tut…tut” Dering sms memecah kesunyian di kamar berukuran kecil milik Aisyah.
 “Siapa ya subuh-subuh sudah sms?” Tanya Aisyah pada dirinya sendiri, karena tak biasanya ada sms ataupun telepon sepagi ini. Dengan sedikit khawatir Aisyah pun mengambil Handphone di tempat tidurnya. Untuk sesaat Aisyah terpaku dalam diam matanya tak terlepas dari hp di tangannya, ia benar-benar tak menyangka nama Kahfi yang  kini tertera dilayar hp nya. Segera saja memori tiga tahun lalu itu terulang kembali. Kahfi seorang laki-laki yang membuat Aisyah jatuh hati dan merajut hubungan dengannya sebelum Aisyah memutuskan untuk merubah jalan hidupnya, merangkai kembali benang-benang kehidupan yang sempat terputus, Aisyah yang memutuskan untuk lebih mendekatkan diri kepada Rabb nya.
                “ Assalamu’alaikum asya, met shalat subuh ya.” Aisyah menghela nafas panjang saat membaca sms dari Kahfi, “Ya Rabb, inikah ujian darimu? Sungguh perasaan ini,jiwa ini tak dapat ku dustai lindungi hamba dari segala fitnah dunia.”
                “ Wa’alaikumsalam. Iya, terimakasih fi.” Dengan sedikit keraguan Aisyah membalas pesan singkat tersebut. Sudah beberapa bulan ini kahfi sering menghubungi Aisyah entah untuk menanyakan kabar  ataupun hal lainnya. Mungkin hanya untuk bersilaturahmi saja pikir Aisyah.
Aisyah merapikan Jilbab serta gamis birunya di cermin, tiga tahun sudah Aisyah memilih untuk tidak menjalin hubungan dengan pria manapun, bukan karena ia belum dapat menghapus rasa cintanya kepada kahfi melainkan karena rasa cintaNya kepada Allah yang buat ia takut yang dicintainya akan marah jika ia mendekati hal-hal yang dapat menjerumuskannya dalam gelimangan nafsu dan dosa. Entah sudah berapa tetes airmata yang harus mengalir dari mata indah Aisyah saat ia memutuskan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, kata makian ataupun sindiran pun seringkali menjadi teman setia hidupnya bahkan keluarga yang ia harapkan sebagai penyemangat hidupnya seringkali memonjokkannya. “ Ya Rabbi, jika aku tak ingat akan firmanMu, seseorang tidak dapat dikatakan beriman sebelum ia di uji mungkin aku sudah rapuh dan hancur.”
“ Sya, kalau punya pacar itu dibawa kerumah, kenalin sama ibu dan bapak. Lihat tuh Lala tetangga sebelah kalau dia punya pacar itu dikenalin sama keluarga.” Ucap ibu Aisyah di suatu pagi.
“ Siapa yang sya bawa bu? Wong sya aja nggak punya pacar bu, mana ada yang mau sama perempuan jelek kaya sya bu?”
“ Cantik atau jeleknya itu relatif sya, emang si Lala cantik? Nggak kan? Tapi kamu liat pacarnya, ganteng dan kaya. Masa kamu yang lebih cantik dari Lala kalah? Apalagi kamu mahasiswa, mudah buat kamu untuk kenal sama laki-laki yang baik dan terpandang.”
“ Ibu, ibu… Sya itu kuliah untuk mendapatkan ilmu, bukan pacar. Sya ingin jadi orang yang sukses dengan usaha dan kerja keras sya sendiri bu, Sya ingin buat ibu, bapak dan adik-adik bahagia. Apalagi Sya ini kan anak pertama yang harus bisa membantu meringankan beban ibu dan bapak. Dan kenyataanya belum ada laki-laki yang mendekati Sya.”
“ Iya Sya, ibu ngerti. Tapi bukan berarti kamu nggak fikirin masa depan kamu toh? Kamu itu sudah dewasa Sya, sebentar lagi kamu lulus tapi pacar pun kamu nggak punya. Gimana ada yang mau deketin kamu? Laki-laki itu segan sama kamu, ngobrol sama laki-laki berdua aja kamu nggak mau, penampilan kamu kaya ibu-ibu. Biasa ajalah Sya dalam beragama nggak usah fanatik-fanatik banget, toh di mata Allah semuanya tergantung niat.”
“ Iya bu, Sya tau. Tapi apa salah kalau Sya ingin mengikuti apa yang di perintahkan Allah? Sya seperti ini semata-mata karena ini memang aturan yang di buat oleh Allah bu, dan ini bukan untuk menyiksa diri sya tapi untuk memuliakan diri karena islam sangat menghormati wanita. Moso islam yang menghormati wanita tapi wanita itu sendiri yang hendak menghinakan dirinya? Jika Sya harus melakukkan hal-hal yang dapat membelokkan jalan sya menuju Allah hanya karena kehidupan duniawi, sya lebih ikhlas menderita di dunia bu.”
“Sya, kamu itu masih anak kemarin sore, ibu yang udah merasakan pahit-manisnya kehidupan. Ya asal kamu tau aja batasan-batasan dalam pacaran, itu kan sudah cukup. Lagian sekarang kamu liat orang-orang yang pacaran bertahun-tahun tapi putus juga dan belum ketemu jodohnya, apalagi kamu yang pacaran aja nggak, kenalan sama laki-laki aja susah, mau dapat jodoh dari mana coba? Jodoh memang sudah di atur sama Allah, tapi kita juga yang harus menjemputnya bukan hanya menunggu.”
“ Iya bu, Kalau yang pacaran bertahun-tahun aja putus dan bukan jodohnya, kenapa Sya harus capek-capek pacaran kalau akhirnya putus dan sakit hati? Sya hanya ingin menjaga hati Sya untuk orang yang tepat bu, dan pacaran bukan satu-satunya cara dalam menjemput jodoh kan? Islam mempunyai cara yang indah untuk menjemput jodoh bu, cara yang melindungi wanita dan laki-laki dari segala macam zina bu, dengan Ta’aruf. Lagi pula Sya nggak menutup hati kok, Hanya sya memilah-milih siapa orang yang memang punya niatan serius atau hanya ingin main-main tapi bukan dengan pacaran bu. Sya juga yakin, Laki-laki yang baik unutk perempuan yang baik dan begitupun sebaiknya seperti kata Allah dalam QS. An-Nur:30. Jika Allah saja sudah menjanjikan seperti itu mengapa sya harus ragu? Yang terpenting saat ini, Sya ingin terus memperbaiki diri bu.”
“ Ya sudahlah terserah kamu saja, capek ibu ngomong sama kamu yang fikirannya sudah tercuci sama kefanatikan kamu.” Ucap ibu akhirnya dengan nada kesal dan Aisyah pun hanya bisa terdiam di tempatnya berdiri dengan hati yang terluka.
“ Tut..tut  Tut…tut” Dering sms di hp nya pun membuyarkan lamunan Aisyah, segera saja ia mengambil hp nya dan membuka pesan yang ternyata juga dari kahfi.
“ Iya sya sama-sama. Oia gmn kbr kamu? Sdh sarapan pagi blm?” Perhatian yang diberikan kahfi membuat gadis berkulit kuning langsat itu hampir menangis mengingat rasa rindunya kepada laki-laki berkacamata itu. Tapi segera saja Aisyah mengendalikan dirinya dan sadar bhwa hal yang di tangisinya tak lebih karna setan sedang menggodanya, Aisyah pun berdzikir dalam hati meminta perlindungan pada Allah atas segala godaan dari makhluk yang paling terkutuk.
“ Khoir, Walhamdulillah. Aku belum sarapan fi, tapi mungkin sebentar lagi. Kabar kamu sendiri gmn?” Aisya pun membalas pesan singkat kahfi dengan cepat.
“ Syukurlah kalau kamu baik, Alhamdulillah aku juga baik. Kamu jangan sampai telat makan ya sya, kamu kan punya magh nanti magh kamu bisa kambuh loh.” Aisyah tak pernah menyangka kahfi masih ingat kalau Aisyah punya penyakit magh. Aisyah pun tertawa sendiri jika mengingat kejadian beberapa tahun silam bersama kahfi, saat itu mereka tengah berada di toko buku dan magh Aisyah kambuh karena dari pagi hingga siang hari ia belum makan sedikitpun. Kahfi pun terlihat kebingungan saat melihat Aisyah teduduk lesu di lantai dan memegangi perutnya, Lalu kahfi berlari keluar dari toko buku dan kembali dengan sebungkus makanan dan obat magh untuk Aisyah. Kahfi memang laki-laki yang baik tapi Aisyah yakin perpisahannya dengan Kahfi adalah rencana yang telah di buat oleh Allah dan semata karena Allah menyanyanginya dan ingin melindungi kehormatannya.
“ Iya fi, sekali lagi makasih ya J.”
“ Iya sya sama-sama. Kamu sibuk apa sekarang? Masih kerja di tempat kemarin?” Balas kahfi lagi
“ Aku sudah berhenti kerja dan sekarang kegiatan aku hanya kuliah aja fi, kamu sendiri aktivitas selain kuiah apa?” Balas Aisyah sembari membenahi kamarnya yang bertemakan warna biru langit, warna favorit Aisyah.
“ Kenapa berhenti sya? Bukannya sejak dulu kamu ingin kerja sambil kuliah? Kan kamu ingin mandiri? Alhamdulillah selain kuiah aku bantu papah menjalankan usahanya.”
“ Iya sih, tapi ternyata membagi waktu antara kuliah dan kerja itu agak sulit sampai nilai-nilai ku pun merosot. Ayah yang minta agar aku berhenti kerja dan fokus kuliah, rasanya percuma saja aku mandiri tapi aku buat ayahku kecewa karena aku membantahnya. Hebat ya kamu, masih muda sudah jadi pengusaha.”
“Iya sya, benar kata kamu. Ridho Allah ada pada ridho kedua orang tua, kuliah memang harus dijadikan prioritas utama karena meskipun tidak menjamin dengan kuliah seseorang bisa sukses, tetapi itu bisa jadi bekal kita agar bisa lebih dipertimbangkan nantinya. Masih usaha milik keluarga sya, aku masih belum mandiri. Tapi Alhamdulillah ini bisa jadi latihan gratis untuk aku, hehehe.”
“ Iya, semoga apa yang sekarang aku lakukan mendapat ridho Allah, amin.” Balas aisyah
“ amin. Oia sya, boleh aku minta bantuan kamu? Sekedar kasih saran ke aku.”
“ Iya boleh, InsyaAllah akan aku bantu jika aku bisa, masalah apa fi?” balas Aisyah  cepat.
“ Terimakasih sebelumnya sya. Sebenarnya bukan masalah yang besar sya, aku cuma bingung minggu depan pacar aku ulang tahun tapi aku bingung harus kasih apa ke dia? Apalagi aku baru satu bulan sama dia dan aku belum tau apa aja yang disukai dia. Aku tanya kamu karena kamu kan juga perempuan, tadinya aku sudah tanya ke teman-teman perempuan aku tapi bukannya dapat jawaban aku malah diledekin habis-habisan sama mereka, mau tanya sama mamah aku malu sya nanti yang ada aku di suruh ajak dia ke rumah lagi, aku kan belum siap. Hehehe… tolong ya sya.”
Pesan balasan kahfi membuat jantung Aisyah berdetak lebih cepat. Serasa ada sebongkah batu besar yang menimpah tubuhnya.  “ Ya Allah, apa yang aku rasa? Mengapa begitu sakit? Kau yang Maha membolak-balikan hati tuntunlah hatiku agar senantiasa ikhlas atas segala jalanMu.”  Aisyah pun tak mampu menahan airmata yang kini membasahi jilbab birunya yang syar’i.
                “ Oh masalah itu, tergantung fi pacar kamu itu tipikal wanita yang seperti apa?” dengan berat Aisyah pun membalas pesan singkat kahfi.
                “ Dia itu orangnya agak tomboy  sya, dia suka banget baca komik tapi dia bukan jilbaber kaya kamu Sya.”
                “ kenapa nggak kamu belikan Al-Qur’an? Biar kegemarannya membaca komik berubah menjadi gemar membaca Al-Qur’an? Dari pada komik yg kurang berfaedah dan lebih banyak mudharatnya?” Walau hati Aisyah semakin terluka, ia tetap membalas pesan dari Kahfi. Aisyah yakin Allah tidak akan memberikan ujian diluar batas kemampuan umatNya.
                “ oh iya, kenapa hal itu nggak pernah terfikir sama aku ya? Bodoh banget aku ini, makasih banyak ya sya.”
                “ Iya fi, sama-sama. Sudah dulu ya fi aku mau siap-siap berangkat kulaih. Lain waktu kita sambung lagi, InsyaAllah. Assalamu’alaikum. J
                “iya sya, makasih banyak ya atas sarannya. Wa’alaikumsalam. J
Pagi  yang cerah kini terasa mendung bagi Aisyah, tapi ia pun sadar tak seharusnya ia berlarut-larut meratapi kefanaan dunia. Akhiratlah tujuannya, dengan menghapus sisa-sisa embun bening di pelupuk matanya Aisyah pun keluar dari kamarnya untuk sarapan bersama keuarganya dan shalat dhuha.

Selasa, 15 November 2011

Posting pertamaku

Halo teman2 blogger semua...
Ini merupakan blog pertama saya, di blog ini nanti akan saya isi dengan catatan-catatan pribadi saya, opini, artikel maupun cerpen yang semoga bisa bermanfaat jika dibaca oleh teman2 sekalian...