Senin, 21 Oktober 2013

Ikhwah Fillah, yuk jauhi ghibah!

Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarakaatuhu...
Ikhwah fillah, setelah sekian lama tidak merambah dunia tulis menulis di media sosial blog, saat ini saya ingin berbagi ilmu yang tidak lain saya dapat dari majelis ilmu tempat saya dan teman-teman belajar dan mengkaji Al-Qur'an bersama-sama. Karena jelas sudah syari'at mengatakan 'sampaikan walau satu ayat'.

Kali ini kita akan membahas mengenai ghibah. Adakah dari saudara sekalian yang tidak tau apa itu ghibah?. InsyaALLAH kita semua tau tapi semoga ALLAH melindungi  kita dari dosa ghibah ini. Aamiin. Bergunjing yang dalam bahasa arab disebut ghibah  atau yang sering kita bergossip memang  bukan lagi menjadi hal yang hina atau memalukan, karena faktanya gossip telah menjamur dan membudaya dikalangan kita semua. Mulai dari remaja, dewasa hingga ibu-ibu dan yang mungkin telah senja. 

Banyak sekali acara-acara di televisi yang mengepack acara yang sebenarnya membuka aib orang lain dengan seapik mungkin. Sehingga bisa jadi ketika kita dituding telah ikut mengumbar aib saudara kita atau mengikuti acara yang mengumbar aib orang lain kita akan dengan mudah menjawab, "Siapa yang bergossip? Itu bukan acara gossip kok, toh yang dibicarakan tahu, bahkan di konfirmasi ke pihak yang bersangkutan langsung. Lalu dimana gossipnya?". 

Innalillahi, jika sudah begitu terbahak-bahaklah syaithon melihat tingkah laku kita. Karena tipu dayanya telah berhasil membutakan iman kita. Menyamarkan yang haram menjadi mubah. Padahal ALLAH bukanlah makhluk yang bisa kita perdayai, ALLAH tau isi hati dari tiap-tiap kita meskipun kita memberikan seribu dalih.

"Dia mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang tersembunyi di dalam dada". (Surat Gaafir : 19).

Boleh saja kita mengelabuhi manusia dengan bersilat lidah. Tapi sungguh ALLAH tidak seperti manusia yang serba tidak tahu, ALLAH Maha Mengetahui.

Memang ringan sekali rasanya dalam bergunjing, tanpa terasa sudah banyak sekali aib saudara-saudara kita yang kita beberkan. Sekalipun ucapan itu benar tetap saja ghibah terlebih bila salah akan menjadi fitnah.
ALLAH juga tidak segan-segan memberi balasan kepada orang-orang yang zhalim.

"Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa ALLAH lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang zhalim. Sesungguhnya ALLAH memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak." (Surat Ibrahim : 42)

Ayat di atas dengan sangat jelas balasan bagi orang-orang yang zhalim termasuk di dalamnya orang-orang yang membicarakan aib saudaranya. ALLAH juga menekankan bahwa ALLAH Maha Adil, Silahkan saja orang-orang zhalim berbahagia dengan tipu daya dunia. Namun ALLAH tidak pernah ingkar janji, bahwa adanya hari pembalasan. Dimana hari tersebut adalah menjadi awal kenikmatan orang-orang yang beriman, yang menunudukkan hawa nafsunya di dunia karena takut akan azab ALLAH kelak dan menjadi titik permulaan dari penderitaan yang kekal bagi orang-orang zhalim dan para budak nafsu dunia. Naudzubilahi min dzalik.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda :

" Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?. Para shahabat menjawa, "Orang yang bangkrut menurut kami adalah orang tidak memiliki dirham, tidak pula memiliki harta". Lalu Nabi bersabda , " Orang yang bangkrut diantara umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, shaum dan zakat. Akan tetapi dia juga pernah mencela fulan, menuduh fulan, memakan harta fulan, dan memukul si fulan. Maka kebaikan yang ini untuk fulan yang ini, kebaikan yang lain untuk fulan yang lain, hingga ketika kebaikannya telah ludes sementara kezhalimannya belum terlunasi, maka keburukan orang yang dizhalimi akan diambil, lalau ditimpakan  kepadanya dan ia pun dimasukkan ke neraka". (HR. Muslim). 

SubhanALLAH, ALLAH lah seadil-adilnya hakim. Betapa meruginya orang-orang yang membicarakan aib orang lain. Amalnya kelak untuk membayar dosa-dosanya semasa di dunia hingga habis tanpa tersisa sedangkan dosa masih bertumpuk dan menggiringnya ke dalam kobaran api neraka.

 Dalam majalah As-sunnah dijelaskan cara untuk bertaubat dari ghibah atau menggunjing adalah setelah taubatan nasuha dan  memohon ampunan ALLAH serta berjanji sebisa mungkin takkan mengulangi adalag dengan kita mengucapkan kebaikan-kebaikan orang yang kita gunjing kepada orang tempat kita menggujingkan saudara kita tersebut. Misalnya A menggunjingkan/membicarakan si B kepada si C. Kelak setelah bertaubat, A wajib meralat gunjingannya tentang keburukan si B kepada si C atau dengan menceritakan kebaikan-kebaikan si B kepada si C. Jika tidak mampu hendaklah semampunya.


Haruskah meminta  maaf kepada orang yang digunjing?
Pendapat yang rajih menurut syaikhul islam Ibnu Taimiyah, tidak ada tuntunan untuk meminta maaf kepada ornag yang digunjing, kecuali jika berita tersebut (bahan gunjingan) telah sampai kepadanya. Beliau mengatakan "Laa tu'dzi akhaaka marrataini"., "Jangan kamu sakiti saudaramu dua kali". 
Meminta maaf berarti memberitahukan bahwa kita telah menggunjingnya. Dan itu berarti menyakitinya untuk kedua kali. Pertama, menggunjingnya. Dan yang kedua adalah pemberitahuan tersebut karena boleh jadi itu akan menyakiti hatinya. Kecuali jika dia telah mengetahui barulah kita meminta maaf kepadanya. Wallahu'alam.

Nyatanya tidak cukup hanya memohon ampun kepada ALLAH saja, tapi kita juga harus meralat ucapan kita dan memperbaiki citra saudara yang kita gunjung. Semoga dengan kita mengetahui betapa tidak mudahnya untuk menebus dosa ghibah, membuat kita berfikir 100 kali sebelum kita berghibah.

Ikhwah fillah yang dirahmati ALLAH, marilah kita renungi sudah berapa banyak kita menggunjing saudara kita sesama muslim? Masih adakah amal kita tersisa? Semoga ALLAH mengampuni. Moga manfaat!