Senin, 01 Juli 2013

Allah Sebaik-baik Penolong

Hari itu aku merasa seperti ada petir yang menyambar di terik siang. Dunia seolah kiamat dan melumpuhkan imanku. Siang hari di suatu minggu, tepatnya pada tanggal 13 Januari 2013 ku dapati kabar bahwa ayah masuk kerumah sakit. Ketika itu ayah sedang ada acara kantor di Gunung Salak, Bogor. Perjalanan yang cukup jauh membuat ayah terlunta-lunta diperjalanan dalam keadaan yang kian kritis. Ditambah dengan peralatan rumah sakit yang kurang memadai, ayah harus kembali dilarikan ke rumah sakit yang jauh lebih lengkap.

Berjam-jam ayah hanya menggunakan peralatan medis seadanya dan hanya ditangani perawat secara manual, pun ketika telah sampai di Tangerang. Rumah sakit kehabisan tabung oksigen yang dibutuhkan Ayah. Memang sudah takdir yang Allah tuliskan di kitab Lauh Mahfuz, berbagai rumah sakit besar di wilayah Tangerang juga sedang kehabisan alat bantu pernapasan. Sampai Allah memanggil ayah dini hari di hari senin sekitar pukul  03:40 (semoga amal khusnul khotimah, aamiin).

Ayah berpulang kepada Allah dengan begitu tiba-tiba, tanpa sakit yang menjadi penghantar. Sungguh Maha Besar Allah dan Maha Berkehendak.

"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)"  (Surat Al-An'am, ayat 59)

Rasa takut pun menjelma dalam pikiranku, mengingat aku adalah anak pertama dengan tiga adik dan aku  bahkan belum lulus kuliah. Adikku yang kedua tengah duduk dibangku akhir sekolah menengah kejuruan. Sedang dua adikku masih duduk di bangku sekolah dasar.

Kekalutan semakin merajai jiwaku yang sedang kering kerontang. Ketakutan akan bagaimana kelanjutan hidup keluarga kami jika menyusuri bagaimana  andil ayah sebagai kepala keluarga yang membiayai seluruh kebutuhan kami semua. Iman yang kian surut membuat syaithon semakin mudah memperdayaiku. Suara-suara putus asa bergema di telingaku. Aku hanya seorang perempuan, aku wanita berjilbab pula. Sedangkan akan sangat sulit mencari pekerjaan dengan jilbab. Tidak berhenti sampai disitu, logikaku berkelana ketika melihat sekeliling. Ada banyak sekali wanita pintar, cantik dan berpenampilan menarik dan sukses dalam dunia kerja. Lagi dan lagi aku tertipu dan lupa akan kekuasaan Allah.

Alhamdulillah, dengan semangat yang diberikan beberapa teman serta bimbingan dari seorang guru, aku coba meluruskan niat. Mencharger kembali baterai iman yang telah kosong. Menanamkan keyakinan bahwa yang apa yang terjadi adalah hal terbaik untuk hidupku dan keluarga kecilku.

".....boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Surat Al-Baqarah, ayat 216)

Segala pujian hanya untuk Allah, setelah beberapa kali mencoba mengirimkan surat lamaran ke beberapa perusahaan, Allah menunjukkan kekuasaanNya. Tidak lama berselang, seorang saudara menawarkan pekerjaan kepadaku. Walaupun hanya sebagai karyawan magang dan dikontrak hanya sekitar 3 bulan dengan gaji yang tidak terlalu besar, itu sudah alhamdulillah karena dalam bekerja aku tetap dapat berjilbab dan berpakaian sesuai syari'at. Sujud syukur pun terhanturkan.

Ketika tiga bulan berlalu dan kebingungan kembali menyergap, Allah kembali menunjukkan kuasanya. Kontrak kerja yang semula hanya tiga bulan diperpanjang untuk tiga bulan ke depan. Bukti itu kembali hadir tatkala adikku mendapatkan perkerjaan sesaat setelah pengumuman kelulusan diberitahukan. Meskipun tidak tahu bagaimana selanjutnya, hanyalah keyakinan yang ku tanamkan bahwa Allah tak akan pernah menyulitkan hamba yang senantiasa meminta dan yakin padaNya. 

Pelan-pelan, kami mencoba menata kembali kehidupan keluarga kami di jalan Allah. Alhamdulillah berbagai hikmah kian nampak. Kedekatan antar anggota keluarga pun semakin erat. Hidayah-hidayah Allah menjadi penerang kehidupan, petunjuk menuju kebenaran.

Saudaraku, yakinlah disetiap kesulitan yang menghimpitmu, Allah selalu memberikan jalan yang lebih lapang. Nikmat yang tiada berkurang. Janganlah ragu akan karuniaNya, karena Allah tidak tidur. Allah tidak akan meninggalkan hamba-hambaNya yang senantiasa memohon kepadaNya.

Hadits Abu Hurairah r.a ia berkata, Rasulullah bersabda:

"Allah berfirman: 'Aku berada pada sangkaan hamba-Ku. Aku selalu bersamanya jika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku pada dirinya maka Aku mengingatnya pada diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam suatu kaum, maka Aku akan mengingatnya dalam suatu kaum yang lebih baik darinya. Dan jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal, maka Aku akan mendekat padanya satu hasta. Jika ia mendekat kepada-Ku satu hasra maka Aku akan mendekat padanya satu depa. Jika ia datang kepadaku dengan berjalan kaki, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari."
(Hadits Riwayat Bukhari)