BERSAMA SEPEDA TUA, CERDASKAN ANAK BANGSA
Mu’min Mmelmy,
pria kelahiran tahun 1952 ini merupakan salah satu warga asli Tasikmalaya. Bapak berusia 62 tahun itu berprofesi sebagai guru kursus bahasa Jepang
dan Inggris keliling di Tasikmalaya. Berbeda dengan guru lainnya yang mengajar
di sebuah tempat kursus, bapak Mmelmy (biasa dia disapa) justru membagi ilmunya
dengan mendatangi murid-muridnya satu persatu.
Uniknya, bukan sepeda motor atau
kendaraan berbahan bakar lainnya yang turut serta menemani pak Mmelmy dalam
mencari nafkah tetapi dengan sepeda. Sepeda tua berumur 14 tahun miliknya masih setia mengantarkan Pak Mmelmy kerumah para
murid. Jarak tempuh yang tidak sedikit terlebih hanya dengan bantuan sepeda, membuat Pak Mmelmy harus berangkat di pagi hari dan baru pulang saat hari
sudah malam. Pukul enam pagi Pak Mmelmy
sudah harus bersiap-siap berangkat kerumah murid-muridnya. Estimasi waktu yang dibutuhkan Pak Mmelmy untuk sampai ke rumah murid-muridnya berkisar satu sampai satu setengah jam perjalanan dengan sepeda. Walaupun keahliannya berbahasa Jepang di kalangan masyarakat Indonesia terbilang jarang, Pak Mmelmy tidak
serta merta memanfaatkan kemampuannya itu untuk menarik keuntungan besar. Terbukti dari tarif kursus yang
hanya sebesar Rp. 15.000 per muridnya.
Kemampuannya
berbahasa Jepang dan Inggris bukanlah semata-mata didapatkan karena ia pernah
tinggal di dua Negara tersebut, akan tetapi karena niat yang sebelumnya tidak pernah ia sengaja. Keahliannya berbahasa Jepang dan Inggris berawal dari sebuah kejadian
ketika ia masih bekerja sebagai pegawai Bank Bumi Daya 30 tahun yang lalu. Hal
ini bermula ketika meletusnya gunung Galunggung di Tasikmalaya.
Pada saat itu,
pengendalian lahar gunung Galunggung di pegang oleh Perusahaan Jepang yang
bernama Yacio Engineering. Dalam proyeknya, Yacio Engineering ini
melakukan kerjasama dengan Bank Bumi Daya dalam hal finansial. Kesulitan
komunikasi antara pegawai bank dengan pihak perusahaan Jepang membuat Pak Mmelmy
termotivasi untuk mempelajari bahasa Jepang dan bahasa Inggris dengan maksud
memudahkan komunikasi dan memberikan pelayanan terbaik kepada nasabah. Mulailah
Pak Mmelmy mempelajari bahasa Jepang dan bahasa Inggris melalui buku-buku yang
dibelinya. Tidak berhenti sampai disitu usaha Pak Mmelmy untuk dapat fasih
berbahasa Jepang, Pak melmy juga pernah belajar bahasa Jepang di Japan
Foundation selama dua tahun dan lulus
dengan predikat tingkat lanjutan.
Pak Mmelmy juga
memiliki cerita tersendiri dalam usahanya mempelajari bahasa Inggris. Laki-laki
sederhana ini pernah menempuh kuliah di IKIP Tasikmalaya dan memilih jurusan extension bahasa Inggris. Sayangnya, pendidikan Pak Melmy di bangku
kuliah hanya bertahan sampai tingkat semester dua saja karena IKIP Tasikmalaya
harus pindah ke Bandung dan Pak Melmy harus mengulang dari awal semester. Pak
Melmy yang tidak ingin mengulang kuliah dari awal semester (karena jerih payah
belajarnya di IKIP Tasikmalaya selama 2 semester tidak diakui) lalu memutuskan
untuk berhenti dari bangku perkuliahan.
Bekerja menjadi
seorang guru kursus keliling dengan penghasilan yang terbilang kecil tentu
bukan menjadi keinginan Pak Mmelmy. Bangkrutnya bank tempat ia menggantungkan
hidup membuat Pak Mmelmy dan teman-teman seprofesinya harus mulai mencari
nafkah di tempat lain. Beruntung, Pak Melmy tidak pernah merasa putus asa. Ia
pun memanfaatkan kemampuannya berbahasa asing untuk menawarkan kursus bahasa Jepang
dan bahasa Inggris. Empat belas tahun Pak Melmy mengajarkan bahsa jepang dan
inggris keliling sudah 2000 anak tasikmalaya yang pernah belajar padanya.
Meskipun penghasilannya per bulan sebagai guru kursus keliling tidak pernah
lebih dari Rp. 2.000.000, Pak Mmelmy tidak pernah menyesali keadaannya. Dengan
polosnya, Pak Melmy menjelaskan hal terindah dalam hidupnya adalah ketika ia mampu memberikan
nafkah kepada keluarganya dan hal yang paling membuatnya sedih adalah ketika ia
tidak mampu menerima kenyataan hidup. Sederhana
bukan?