Cerita
dirumah kedua kita… (Almamater tercinta)
Sahabat,
tak terasa kita sudah hampir di penghujung hiruk pikuk kehidupan dunia
perkuliahan. Setelah lebih dari empat tahun berjuang memeluk segala tawa dan
tangis yang tidak jarang tercecer ketika diri sudah merasa lelah.
Sahabat,
ingatkah kalian dengan wajah-wajah lugu kita di sebuah ruangan asing dan memaksa
masing-masing dari kita untuk saling mengenal lagi mengakrabkan diri?. Aku,
dia, kau dan mereka yang tadinya bukanlah apa-apa dan siapa-siapa kini telah
menyatu dan menggoreskan bilah-bilah warna yang berbeda dalam kanvas persahabatan.
Dan sebagian dari kita bahkan menemukan belahan jiwanya disini, di tempat kita
pernah merasakan beribu-ribu rasa jenuh karena segudang tugas yang diberikan
oleh para dosen. Terlebih mereka juga telah melahirkan pejuang-pejuang baru
yang akan melanjutkan perjuangan mereka, ahh indah nian bukan?.
Sahabat,
ada banyak siluet-siluet kisah yang saat ini masih terbingkai rapi dalam memoar
ku. Tentang bagaimana kita menghabiskan malam-malam panjang bersama seangket
tugas laporan keuangan yang menuntut untuk diselesaikan secepat mungkin. Atau
ketika kita di buat bingung oleh si angka dua yang pergi entah kemana dan mau
tidak mau membuat kita terlambat mendekap rembulan dalam kehangatan, sedang
mentari sudah merengek-rengek untuk keluar dari peraduannya.
Sahabat,
kau tau perjuangan kita tidak hanya itu bukan?. Acapkali di awal bulan senyum
sumringah kita singgah hanya bagai sekedipan mata karena uang yang dengan susah
payah kita dapatkan harus kembali mengalir menuju bagian keuangan kampus yang
tidak jarang membuat kita harus menebal-nebalkan iman agar tidak tergoda dengan
nafsu yang perlahan terasa mulai mencekik ingin membeli ini dan itu.
Sahabat, ingat tidak wajah-wajah lusuh kita saat maghrib mulai menyingsing dan kita
harus kembali menegapkan pundak juga memasang telinga baik-baik demi mendengar
penjelasan dosen yang panjang namun tidak dikali lebar?. Hehehe ^^.
Dan
rasanya keringat demi keringat yang telah banyak terurai sudah hampir terbayar
dengan langkah kita yang sedikit lagi memakai toga dengan senyum simpul
menghiasi aroma-aroma kelulusan, insyaALLAH aamiin.
Sahabat,
namun bukan hidup namanya jika tidak dipenuhi dengan perjuangan dan airmata. Bukankah
besi harus dibakar terlebih dahulu untuk bisa menjadi layak digunakan?. Dan
semoga kita adalah besi tersebut. Semoga, tempaan selama empat tahun kebelakang
berhasil membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik. Sahabat, besar harap dan
jua doa semoga ALLAH melindungi segala perjalanan hidup kita menuju arah yang
diridhoi-NYA.
Sahabat,
kelak janganlah kita terlupa mengucapkan syukur akan apa yang telah kita
peroleh hari ini karena jika bukan karena ALLAH ridho tentulah ini tak kan
pernah terjadi. Lisankanlah bait-bait terimakasih kepada dua orang yang tidak
pernah melewatkan doanya untuk kita di sepertiga malam yang panjang. Ya,
merekalah orang tua kita yang senantiasa berada dibalik layar kesuksesan setiap
buah hatinya.
Sahabat,
kelak jika dikemudian hari aku dan kalian berhasil mewujudkan segala impian
yang pernah termaktub dalam buku harian kita janganlah lalai dan terbuai oleh
keindahan dunia dan melupakan segala rambu-rambu yang telah ALLAH tetapkan.
Karena iman adalah pancang dari sebuah rumah, yang jika tidak cukup kuat maka
hancurlah rumah tersebut.
Sahabat
ku haturkan sebanyak mungkin ucapan terimakasih kepada kalian atas setiap
kebaikan yang lakukan untuk ku. Semoga ALLAH senantiasa melindungi dan menjaga
kalian meski kelak kita berada pada bagian-bagian bumi yang berbeda.
Tangerang, 26 September 2014.
makasih na :)
BalasHapusterima kasih.. :)
BalasHapus